Jumat, 12 Maret 2010

HARINYA TOLI

Oleh Muhammad Irfani


Hari ini Sabtu Kliwon. Waktu menunjukkan pukul 06.35. Toli cabut naik bus kota menuju sekolah. Tanpa mandi dan gosok gigi dia berangkat karena takut ketinggalan. Muka yang awut-awutan dengan baju dikeluarkan, dia tak peduli. Toli hanya mencengkeram besi yang menjulur di langit-langit bus dan tanpa ketinggalan meng-emut lolipop di mulutnya.

Di dalam bus, penumpang desak-desakan. Sumpek. Aroma berbahaya memenuhi tempat itu. Semua orang menutup lubang hidung dengan muka mulai memerah

.

”Wah, kentut siapa ini?”

”Iya, mematikan, lagi!”

”Bikin orang puyeng saja!”

Bau itu ternyata bersumber dari Toli dengan bekas embun di pantatnya. Dia mengigit bibir menahan ketawanya.

Tujuan sudah di depan mata, ongkos sudah diberikan. Set,... Sopir mengerem laju bus. Toli turun.

”Ha,....ha,... belum tahu mereka nuklirku!”

Tawa Toli yang sedari tadi disembunyikan meledak.

* * *

”Hai, bro, pagi!” sapa Toli pada satpam cebol setinggi pohon terong sambil meludahkan gagang lolipop yang tak tersisa. Dia memasuki SMA Amal Bhakti yang berdiri megah dengan enam gedung utama dan semua berlantai dua, yang dicintainya itu.

”Ha Sob, apa khabar Cing, pagi friend,” sapa Toli pada semua orang yang dilewatinya. Koridor demi koridor dia telusuri. Di tengah perjalanan, langkah Toli terhenti oleh gadis seksi berambut pirang, berkulit putih, dan bermata biru. Dia bernama Angelina, kelas XII C, blasteran Indonesia – Autria yang sedang asyik ngobrol dengan temannya.

”Aduh, gawat, kumat lagi perutku,” ucap Toli. Sambil lari, ia memegangi perut dan bokong mencari WC. Karena tidak menemukan toilet pria, Toli masuk ke dalam toilet perempuan. Dia menjebol pintu WC yang di situ bercokol ibu Ratih, guru Fisika Toli.

”Maaf, Bu, tidak sengaja!”

”Wah, kurang ajar kamu, pergi sana!”

”Maaf, Bu!”

Toli pindah ke ruangan WC samping.

”Kenapa ya, setiap lihat cewek cantik selalu mules?” ujar Toli agak gusar. Dia keluar lupa tanpa menutup resletingnya. Tiba-tiba Bu Ratih di hadapan Toli.

”Ayo, kamu ikut Bu Guru!”

”Maaf, Bu saya kan buru-buru!”

”Ih, itu kancing resletingmu!”

Bu Ratih menutupi matanya dengan jari agak memegar. Toli lari sambil mengambil lolipop di saku celana lalu menarik resletingnya. Bu Ratih marah-marah sendiri lalu melemparkan sepatu ke arah Toli.

* * *

”Li,... Toli tunggu!,” panggil Kecuk sahabat Toli sambil berlari mendekat.

Dia merangkulkan tangannya ke punggung Toli. Anak dengan rambut yang tak sedikit pun tumbuh di kepalanya itu adalah teman Toli sejak SD.

”Jam pertama siapa, Cuk?”

”Itu guru dari Yogya, Brojol Wageno Suryo Mangku Negoro.”

”Bahasa Jawa dong, asyik nih!”

Kedua manusia itu merayapi lorong sekolah menuju kelas XII E. Sambil membuang gagang lolipop di tempat sampah, Toli dan Kecuk menyerbu kelasnya. Ruang kelas yang bersih sejuk karena di lantai dua.

Tet,tet.....tet Bel masuk bergema dengan meriah. Bukannya Pak Brojol, malah Bu Farah yang masuk. Bu Farah memang guru yang terkenal paling cantik, muda, dan masih gadis pula.

”Pagi anak-anak? Pak Brojolnya berhalangan maka yang ganti Bu Guru!”

”Wah, matep dong, Bu!” celetuk seorang anak.

Toli menahan mulesnya. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin mengalir sangat menyiksa Toli. Dia mencoba menghalangi pandangannya dengan tas.

”Kenapa kamu Toli kok berkeringat?”

”Saya tidak tahan lihat Bu farah.”

Di tengah perbincangan Toli dan Kecuk, Bu Farah mendekati mereka. Dengan wajah santai dan lemah lembut dan ucapan menggiurkan ia memotong obrolan Toli dan Kecuk.

”Kenapa Toli, kamu mengangkat tas tinggi-tinggi?”

”Tidak, Bu! Tadi ada kecoak di atas saya!”

” Oh, ya sudah turunin tasmu!”

”Baik, Bu!”

Toli memejamkan matanya dan agak menunduk. Bu cantik itu lekas ke depan lagi. Dia keluar ke kelas setelah memberikan tugas.

Toli membuka matanya lebar-lebar dan begitu girang.

”Cuk, Bu Guru pergi kan?”

”Iya, ngomong-ngomong kamu tidak mandi, ya? Kumal begitu?”

”Iya, tadi kukira kesiangan. Aku mau ke toilet dulu!”

Toli lari ke belakang dengan kencangnya. Saat sampai di bawah dia terpeleset pada plester semen yang ditumbuhi lumut. Tak sengaja Toli cepirit di celana.

”Wah, kebablasan deh! Gara-gara Bu Farah,” ujar Toli meratapi nasibnya yang unik dan bau.

Walaupun sial dia tetap mencolokkan lolipop yang disambut lidahnya. Toli melangkah lagi. Kali ini dengan gaya kuda-kuda.

Dia berniat bersembunyi di dalam toilet sampai jam pulang. Toli mencuci celananya di situ.

“Nasib, nasib, ganteng-ganteng kok cepirit,” kata Toli kesal.

Dia pulang dengan celana penuh air. Basah semua. Sekarang, Toli akan selalu menyimpan kerikil kecil sebagai penangkal kecantikan berujung kemulesan.

4 komentar:

  1. menurutku cerpennya bagus
    saya beri nilai 89

    BalasHapus
  2. menurut saya ,
    sebaiknya sewaktu bu Farah mendekati si Toli, keadaan si Toli menjadi seperti orang yang sakit akut, suhu tubuh naik karena menahan mules.

    sebaiknya ketika Toli cepirit, di ketahui si Angelina dan di tertawakan, lalu si Toli malu sekali. Sehingga dia sembinyi di kamar mandi terus.

    sebaiknya di waktu pulang di jelaskan bagaimana keadaan Toli, perasaannya, dan sebaiknya lebih di perhatikan penulisannya.
    Terimakasih..

    sya memberi nilai 74

    BalasHapus
  3. cerpenmu sudah menarik sekali tetapi akan menarik jika ejaannya diperbaiki karena banyak ejaannya yang salah, jika kamu mengikuti saranku pasti cerpenmu akan masuk di koran kompas. untuk itu cerpenmu aku nilai 82

    BalasHapus
  4. Cerpen ini bagus, ada unsur kelucuan di dalamnya. Ini yang membuat cerpen ini menghibur.

    Di sini Pak Edi akan memberi beberapa catatan perbaikan.

    (1) Alur
    Sebaiknya ada kombinasi alur mundur. Misalnya, ketika di sekolah, Kecuk bertanya, kenapa Toli perutnya sakit kalau melihat cewek cantik. Nah, di situlah Toli menceritakan awal mula kisah sehingga perutnya tidak dapat diajak bekerjasama.

    Misalnya: (Sekadar contoh) awalnya dia belajar ilmu beladiri. Tetapi karena dia kurangajar, yaitu meminum teh milik gurunya maka sang guru mengutuk Toli akan sakit perut jika melihat cewek cantik.

    OK, semoga bermanfaat.

    BalasHapus